Kelas Seluas Dunia
Tidak sedikit orangtua
yang ingin anaknya diterima oleh sekolah bergengsi. Kualitas pengajar, tempat
dan segala fasilitas sekolah yang memadai, dengan alasan sebagai pendukung pembelajaran.
kebanyakan remaja usia SMA, dipandang dari sisi psikologinya,senang denganapa
yang dimiliki, menunjukan hal terbaik yang mereka punya untuk melakukan
interaksi sosial, salah satu caranya bangga dengan tempat sekolahnya, menyimpan
gengsi pada seragam yang dikenakan, maka banyak dari mereka setuju ketika
orangtuanyamemilih bahkan mungkin terkesan memaksa agar anak-anak mereka masuk
sekolah yang dianggap bagus. Tetapi itu hanya pemikiran bagi mereka yang
mengutamakan nilai kebanggandunia semata. Akan berbeda pola fikirnya dengan
orangtua atau siswa yang mencari sekolah untuk masa depan dunia bahkan akhirat
mereka.
Love
atfirstsight,
mungkin tidak berlaku bagi SMA IT Miftahul Khoir. Kesan pertama bagi sebagian
orang ketika datang disekolah ini enggan kembali berkunjung, atau khawatir
dengan sistem pembelajarang yang ‘sepertinya’ tidak akan efektif. SMA Islam
Terpadu ini mungkin tidak memiliki bangunan semegah sekolah swasta lainya. Saya
jamin tidak akan ada pengguna kendaraan bermotor yang akan tersesat didalam
lingkungan sekolah, dan saya jamin tidak akan ada warga sekolah mulai dari
siswa, pengajar hingga penjual kantin yang tidak mengenal, setidaknya bertegur
sapa, karena sekolah ini seperti rumah, tempat berbagi, tempat bermain, tempat
belajar.
Hanya ada satu
laboratorium yang luasnya tidak melebihi kelas, hanya ada satu perpustakaan
yang luasnya tidak melebihi ruang guru, karena laboratorium sekolah ini adalah
gunung, pantai dan masyarakat. Karena perpustakaan sekolah ini adalah alam sekitar, segala hal yang
ditemui menjadi hal menarik untuk dibaca dandimengerti. Ini bukan sebuah kiasan,
gunung memang gunung dataran tinggi yang menjulang, laut memang laut hamparan
pasir dan air yang luas sepanjang mata memandang, masyarakat memang masyarakat,
penduduk yang sengaja ditemui untuk digali mengenai informasi sejarah, adat dan
kondisi daerah yang ditinggali penduduk tersebut.
Mungkin hanya 40% siswa
menghayal mengenai apa yang mereka pelajari. Selebihnya, siswa berinteraksi langsung
dengan objek pelajaran. Seperti contoh, ketika menghitung kadar garam pada
1liter air laut, siswa akan benar-benar menghitung menggunakan air laut yang
mereka ambil langsung, dihitung menggunakan alat yang dibuat sendiri oleh
bimbingan, bukan hanya rumus atau angka perkiraan.
Pernah mendengar atau
mungkin merasakan menjadi siswa SMA yang kegiatanya dalam 2 pekan atau bahkan
satu bulan tidak masuk kedalam kelas dan justru meneliti berbagai jenis jamur
didalam hutan atau bahkan mencari tahu sejarah dan kebenaran mengenai salah
satu pesantren yang rumornya adalah pesantren jin? Hanya mereka yang menjadi
bagian keluarga SMA Mifkho (begitu orang menyingkat nama sekolah ini) yang tahu
dan merasakanya.
Bukan hanya kepintaran
yang meninggikan derajat seorang manusia, tetapi jiwa, ruh dan etika mereka
yang menunjukanya. Maka guru sebagai teman dan orangtua di SMA Mifkho tidak
akan pernah lupa mengajak anak-anaknya untuk selalu mengingatpada pencipta, sehingga
tidakmenjadi budak sains.Bagaimana bumi ini tercipta bukan sekedar dentuman dua
material besar. Bagaimana luarbiasanya mekanisme tubuh bukan sekedar karena
denyut nadi yang terus berdetak. Dibalik itu semua Allah sudah mengatur segala
kehidupan. Saya mulai memahami bukan hanya sekedar pengetahuan umum mengenai
perubahan cuaca atau inflasi yang ingin diajarkan, tetapi bagaimana Tuhan
mengatur segalanya, bagaimana semua hal yang ada pada dunia ini berkaitan.
Seorang guru di SMA IT
Miftahul Khoir pernah berkata, “Suatu
lembaga berjalan dengan baik bukan karena nama lembaganya, namun individu
didalamnya.” Mengajarkan kita untuk percaya, mandiri membawa nama baik bagi
diri kita dan oranglain.
Oleh Faradis
Zahra Elfajri Agkatan 2015-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar